Pendidikan, Penelitian, atau Pelayanan?
Doc. Foto bersama dr. Anna Haag (Jerman) |
Suatu hari saya ditanya oleh seorang yang bekerja di bagian kepegawaian (atau mungkin bagian HRD ya) di suatu rumah sakit karena Saya saat itu melamar menjadi dokter mitra disana.
Saat itu SK atau surat keputusan saya diterima untuk menjadi dokter mitra disana akan diserahkan oleh bagian kepegawaian. Saya saat itu bersama dengan ketiga dokter lain, jadi total kami berempat, berasal dari departemen / bagian yang berbeda. Saya dari orhopaedi, teman saya ada yang dari penyakit dalam dan IKA (pediatri).
Kami pun bertemu dengan kepala bagian kepegawaian saat itu. Sebelum beliau menyerahkan dokumen map berisi SK kami, beliau bertanya tentang motivasi kami bekerja menjadi dokter mitra di rumah sakit tersebut.
Beliau bertanya "motivasi jenengan untuk menjadi dokter mitra disini apa?"
Kami berempat pun kaget dan saling melihat. Saya pribadi juga kaget ditanya seperti itu dan berpikir, Lha, SK direktur sudah keluar dan sudah diwawancara, kok masih ditanya lagi masalah motivasi.
Tapi karena yang bertanya itu memang usianya lebih tua dari saya dan memiliki jabatan sebagai kepala bagian kepegawaian, akhirnya saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Sebelum saya menjawab, teman saya menjawab terlebih dahulu, "Karena ini rumah sakit pendidikan utama, maka Saya menjadi dokter mitra disini akan ikut membantu tidak hanya dalam hal pelayanan tetapi juga pendidikan dokter dan spesialis yang dilaksanakan di rumah sakit ini". Kira-kira begitu jawaban teman saya.
Tiba-tiba bapak itu tidak terima dengan jawaban tersebut dan mengatakan "Wah, anda salah alamat, seharusnya anda melamar di Rumah Sakit Universitas disana". Lalu beliau menunjuk saya untuk menjawab. Saya pun memberi jawaban yang kira-kira hampir sama tetapi menambahkan poin penelitian. Sehingga tidak hanya pelayanan, tetapi pendidikan dan penelitian juga.
Beliau juga tidak terima dengan jawaban saya, dan mengancam bahwa akan menahan SK ini dan mencabut SK yang sudah ada.
Kami pun semua kaget, lho, ada apa ini?
Beliau kemudian memberikan pernyataan yang kurang lebih isinya adalah, dokter mitra disini memiliki tugas utama yaitu pelayanan. jadi hanya pikirkan pelayanan saja, bukan pendidikan atau pelatihan. Karena tugas dokter mitra direkrut disini adalah untuk memperbaiki dan menambahkan program pelayanan di rumah sakit ini.
--------------------------------
Disini saya menemukan hal yang menarik. Pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Ketiga hal ini memang akan lebih mudah dikerjakan di Rumah Sakit Umum milik pemerintah yang juga merupakan rumah sakit pendidikan utama.
Mengapa demikian?
Karena, rumah sakit tersebut sudah pasti merupakan rumah sakit rujukan utama yang memiliki jumlah pasien yang banyak disertai dengan kasus yang beraneka ragam. Kondisi ini akan memudahkan rumah sakit tersebut sebagai sarana pendidikan untuk membahas dan mendiskusikan kasus untuk kegiatan belajar dan mengajar. Demikian pula dengan penelitian, banyaknya jumlah kasus yang tidak dapat ditemukan di rumah sakit lain membuat lahan penelitian menjadi semakin kaya, contohnya seperti uji klinis yang dapat dilakukan hanya pada center-center tertentu demi memperkaya ilmu pengetahuan.
Bagaimana dengan pelayanan?
Pelayanan memang merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan rumah sakit itu sendiri. Namun, saat ini pelayanan tidak bisa berdiri sendiri. Jika rumah sakit umum pemerintah hanya mengandalkan pelayanan saja, niscaya akan kalah dengan rumah sakit swasta. Karena, rumah sakit swasta yang memiliki sumber dana dan sumber daya swasta lebih banyak dan lebih lengkap. Tidak hanya jam kerja atau jam pelayanannya saja yang diandalkan, tetapi juga jenis dan ragam pelayanan, ketersediaan alat, ketersediaan penunjang pelayanan, hingga marketing yang dikelola oleh profesional. Jelas komponen tersebut akan mengalahkan RSUD.
Lantas bagaimana RSUD dapat bersaing dalam hal pelayanan? Disinilah peran pendidikan dan penelitian yang hanya dimiliki oleh RSUD dapat diandalkan.
Dengan adanya pendidikan, berarti ada peserta didik. Peserta didik dengan rumah sakit dapat bekerja sama secara mutualisme dimana peserta didik akan mendapatkan kesempatan mendapatkan wahana pendidikan yang diselenggarakan oleh rumah sakit, sedangkan rumah sakit mendapatkan SDM untuk menyelenggarakan pelayanan oleh peserta didik. Dengan adanya peserta didik, volume pasien yang dapat dilayani pasti lebih banyak. Saya ambil contoh kasus misalnya di bidang orthopaedi. Dengan adanya peserta didik, pelayanan pasien rawat jalan dapat lebih cepat terlayani, karena peserta didik yang banyak akan memeriksa masing-masing pasien. Dengan cepatnya terlayani pasien, maka antrian tidak banyak, dan volume pasien dapat bertambah.
Demikian juga pelayanan operasi. Dengan adanya peserta didik, satu pasien multiple fraktur dapat dikerjakan secara simultan oleh beberapa residen dan satu dokter spesialis sehingga waktu operasi lebih cepat, waktu pembiusan lebih cepat, tidak menghabiskan obat bius yang banyak, dan dengan waktu operasi yang cepat, jadwal operasi dapat ditambahkan. Hal ini jelas akan meningkatkan volume pasien yang dilayani.
Peserta didik yang diberikan pendidikan yang baik akan memberikan kualitas pelayanan yang menyerupai tenaga pendidiknya yaitu dokter spesialis. Sehingga, tidak hanya kuantitas, tetapi kualitas pelayanan juga akan meningkat.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa, dengan menyelenggarakan pendidikan di RS pendidikan utama yang baik, maka pelayanan rumah sakit juga akan semakin baik.
Bagaimana dengan penelitian?
Penelitian yang baik adalah penelitian berbasis pelayanan. Dengan adanya penelitian di rumah sakit mengenai obat-obatan, alat, atau teknik yang sudah teruji preklinis yang mutakhir dan terjamin baik, ini jelas menjadi nilai tambah bagi Rumah Sakit. Promosi dan nilai marketing RS jelas akan meningkat sehingga meningkatkan ketertarikan pasien untuk berobat ke RS.
Sebagai contoh, jika RS menjadi rumah sakit yang terdaftar sebagai pengelola, pembuat, dan penyedia penelitian berbasis pelayanan stem cell, maka pasien-pasien yang memiliki pengetahuan tentang pengobatan yang mutakhir ini akan berbondong-bondong menginginkan pelayanan ini. Hal ini dapat dilihat di beberapa klinik dan rumah sakit yang juga menyediakan pelayanan stem cell, sebagian besar memiliki banyak pasien yang rela mengeluarkan biaya yang besar.
Tidak hanya stem cell, penelitian tentang alat terbaru, teknik terbaru akan memberikan nilai tambah dan nilai promosi kepada rumah sakit. Pada akhirnya akan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan rumah sakit.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menyelenggarakan penelitian, terlebih penelitian berbasis pelayanan di rumah sakit akan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan di rumah sakit.
--------------------------
Jadi, RSUD Pemerintah yang juga merupakan RS pendidikan utama, sudah seharusnya... ingat, seharusnya tidak melulu memikirikan pelayanan karena pasti akan tetap kalah dengan RS swasta dalam hal pelayanan saja. Namun, jika RSUD juga memainkan perannya sebagai wahana pendidikan dan penelitian dan mengelolanya dengan baik, apalagi dibantu oleh dokter-dokter mitra yang muda dan siap melaksanakan pendidikan dan penelitiannya, maka niscaya pelayanannya tidak akan kalah, bahkan memiliki nilai lebih dibandingkan rumah sakit lain.
Bagaimana, Apakah bapak masih meremehkan pendidikan dan penelitian? Apakah cara berpikir anda masih berputar-putar meningkatkan pelayanan saja? *smile*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar