Senin, 20 Juni 2022

Pendidikan, Penelitian, atau Pelayanan?

 Pendidikan, Penelitian, atau Pelayanan?

Doc. Foto bersama dr. Anna Haag (Jerman)

Suatu hari saya ditanya oleh seorang yang bekerja di bagian kepegawaian (atau mungkin bagian HRD ya) di suatu rumah sakit karena Saya saat itu melamar menjadi dokter mitra disana. 

Saat itu SK atau surat keputusan saya diterima untuk menjadi dokter mitra disana akan diserahkan oleh bagian kepegawaian. Saya saat itu bersama dengan ketiga dokter lain, jadi total kami berempat, berasal dari departemen / bagian yang berbeda. Saya dari orhopaedi, teman saya ada yang dari penyakit dalam dan IKA (pediatri). 

Kami pun bertemu dengan kepala bagian kepegawaian saat itu. Sebelum beliau menyerahkan dokumen map berisi SK kami, beliau bertanya tentang motivasi kami bekerja menjadi dokter mitra di rumah sakit tersebut. 

Beliau bertanya "motivasi jenengan untuk menjadi dokter mitra disini apa?"

Kami berempat pun kaget dan saling melihat. Saya pribadi juga kaget ditanya seperti itu dan berpikir, Lha, SK direktur sudah keluar dan sudah diwawancara, kok masih ditanya lagi masalah motivasi. 

Tapi karena yang bertanya itu memang usianya lebih tua dari saya dan memiliki jabatan sebagai kepala bagian kepegawaian, akhirnya saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut. 

Sebelum saya menjawab, teman saya menjawab terlebih dahulu, "Karena ini rumah sakit pendidikan utama, maka Saya menjadi dokter mitra disini akan ikut membantu tidak hanya dalam hal pelayanan tetapi juga pendidikan dokter dan spesialis yang dilaksanakan di rumah sakit ini". Kira-kira begitu jawaban teman saya. 

Tiba-tiba bapak itu tidak terima dengan jawaban tersebut dan mengatakan "Wah, anda salah alamat, seharusnya anda melamar di Rumah Sakit Universitas disana". Lalu beliau menunjuk saya untuk menjawab. Saya pun memberi jawaban yang kira-kira hampir sama tetapi menambahkan poin penelitian. Sehingga tidak hanya pelayanan, tetapi pendidikan dan penelitian juga. 

Beliau juga tidak terima dengan jawaban saya, dan mengancam bahwa akan menahan SK ini dan mencabut SK yang sudah ada. 

Kami pun semua kaget, lho, ada apa ini?

Beliau kemudian memberikan  pernyataan yang kurang lebih isinya adalah, dokter mitra disini memiliki tugas utama yaitu pelayanan. jadi hanya pikirkan pelayanan saja, bukan pendidikan atau pelatihan. Karena tugas dokter mitra direkrut disini adalah untuk memperbaiki dan menambahkan program pelayanan di rumah sakit ini. 

--------------------------------

Disini saya menemukan hal yang menarik. Pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Ketiga hal ini memang akan lebih mudah dikerjakan di Rumah Sakit Umum milik pemerintah yang juga merupakan rumah sakit pendidikan utama. 

Mengapa demikian? 

Karena, rumah sakit tersebut sudah pasti merupakan rumah sakit rujukan utama yang memiliki jumlah pasien yang banyak disertai dengan kasus yang beraneka ragam. Kondisi ini akan memudahkan rumah sakit tersebut sebagai sarana pendidikan untuk membahas dan mendiskusikan kasus untuk kegiatan belajar dan mengajar. Demikian pula dengan penelitian, banyaknya jumlah kasus yang tidak dapat ditemukan di rumah sakit lain membuat lahan penelitian menjadi semakin kaya, contohnya seperti uji klinis yang dapat dilakukan hanya pada center-center tertentu demi memperkaya ilmu pengetahuan.

Bagaimana dengan pelayanan?

Pelayanan memang merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan rumah sakit itu sendiri. Namun, saat ini pelayanan tidak bisa berdiri sendiri. Jika rumah sakit umum pemerintah hanya mengandalkan pelayanan saja, niscaya akan kalah dengan rumah sakit swasta. Karena, rumah sakit swasta yang memiliki sumber dana dan sumber daya swasta lebih banyak dan lebih lengkap. Tidak hanya jam kerja atau jam pelayanannya saja yang diandalkan, tetapi juga jenis dan ragam pelayanan, ketersediaan alat, ketersediaan penunjang pelayanan, hingga marketing yang dikelola oleh profesional. Jelas komponen tersebut akan mengalahkan RSUD. 

Lantas bagaimana RSUD dapat bersaing dalam hal pelayanan? Disinilah peran pendidikan dan penelitian yang hanya dimiliki oleh RSUD dapat diandalkan. 

Dengan adanya pendidikan, berarti ada peserta didik. Peserta didik dengan rumah sakit dapat bekerja sama secara mutualisme dimana peserta didik akan mendapatkan kesempatan mendapatkan wahana pendidikan yang diselenggarakan oleh rumah sakit, sedangkan rumah sakit mendapatkan SDM untuk menyelenggarakan pelayanan oleh peserta didik. Dengan adanya peserta didik, volume pasien yang dapat dilayani pasti lebih banyak. Saya ambil contoh kasus misalnya di bidang orthopaedi. Dengan adanya peserta didik, pelayanan pasien rawat jalan dapat lebih cepat terlayani, karena peserta didik yang banyak akan memeriksa masing-masing pasien. Dengan cepatnya terlayani pasien, maka antrian tidak banyak, dan volume pasien dapat bertambah.

Demikian juga pelayanan operasi. Dengan adanya peserta didik, satu pasien multiple fraktur dapat dikerjakan secara simultan oleh beberapa residen dan satu dokter spesialis sehingga waktu operasi lebih cepat, waktu pembiusan lebih cepat, tidak menghabiskan obat bius yang banyak, dan dengan waktu operasi yang cepat, jadwal operasi dapat ditambahkan. Hal ini jelas akan meningkatkan volume pasien yang dilayani. 

Peserta didik yang diberikan pendidikan yang baik akan memberikan kualitas pelayanan yang menyerupai tenaga pendidiknya yaitu dokter spesialis. Sehingga, tidak hanya kuantitas, tetapi kualitas pelayanan juga akan meningkat. 

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa, dengan menyelenggarakan pendidikan di RS pendidikan utama yang baik, maka pelayanan rumah sakit juga akan semakin baik.

Bagaimana dengan penelitian? 

Penelitian yang baik adalah penelitian berbasis pelayanan. Dengan adanya penelitian di rumah sakit mengenai obat-obatan, alat, atau teknik yang sudah teruji preklinis yang mutakhir dan terjamin baik, ini jelas menjadi nilai tambah bagi Rumah Sakit. Promosi dan nilai marketing RS jelas akan meningkat sehingga meningkatkan ketertarikan pasien untuk berobat ke RS. 

Sebagai contoh, jika RS menjadi rumah sakit yang terdaftar sebagai pengelola, pembuat, dan penyedia penelitian berbasis pelayanan stem cell, maka pasien-pasien yang memiliki pengetahuan tentang pengobatan yang mutakhir ini akan berbondong-bondong menginginkan pelayanan ini. Hal ini dapat dilihat di beberapa klinik dan rumah sakit yang juga menyediakan pelayanan stem cell, sebagian besar memiliki banyak pasien yang rela mengeluarkan biaya yang besar. 

Tidak hanya stem cell, penelitian tentang alat terbaru, teknik terbaru akan memberikan nilai tambah dan nilai promosi kepada rumah sakit. Pada akhirnya akan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan rumah sakit. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menyelenggarakan penelitian, terlebih penelitian berbasis pelayanan di rumah sakit akan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan di rumah sakit. 

--------------------------

Jadi, RSUD Pemerintah yang juga merupakan RS pendidikan utama, sudah seharusnya... ingat, seharusnya tidak melulu memikirikan pelayanan karena pasti akan tetap kalah dengan RS swasta dalam hal pelayanan saja. Namun, jika RSUD juga memainkan perannya sebagai wahana pendidikan dan penelitian dan mengelolanya dengan baik, apalagi dibantu oleh dokter-dokter mitra yang muda dan siap melaksanakan pendidikan dan penelitiannya, maka niscaya pelayanannya tidak akan kalah, bahkan memiliki nilai lebih dibandingkan rumah sakit lain.

Bagaimana, Apakah bapak masih meremehkan pendidikan dan penelitian? Apakah cara berpikir anda masih berputar-putar meningkatkan pelayanan saja? *smile*


Senin, 04 April 2022

Prediksi Pertumbuhan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Tungkai Bawah

Memiliki tinggi badan yang ideal hampir menjadi impian bagi banyak orang. Begitu pula dengan orang tua, menginginkan agar anaknya dapat tumbuh dengan memiliki tinggi badan yang ideal. 

Pertumbuhan tinggi badan merupakan fenomena yang kompleks yang menentukan proporsi tubuh saat dewasa. Pertumbuhan tinggi badan dipengaruhi oleh panjang tulang belakang dan panjang kaki yang menentukan tinggi seseorang. 

Dalam hal panjang tungkai bawah, banyak pertanyaan yang muncul jika menghadapi cedera patah tulang pada kaki anak-anak. Bahkan terdapat kasus tungkai bawah tidak sama panjang. Dalam hal ini, akan muncul pertanyaan:

- Seberapa cepat tungkai bawah bisa bertambah panjang?

-
Sampai seberapa panjang tungkai bawah masih bisa bertambah?

- Kapan
saat yang tepat melakukan epiphysiodesis pada kasus LLD?

 

Mulai sejak lahir hingga dewasa, periode pertumbuhan menurut jurnal yang dituliskan oleh Paula M Kelly dan Alain Dimeglio, diterbitkan oleh Journal of Children's Orthopaedics dibedakan menjadi 4 tahap.

 

1. Antenatal growth:
Saat dalam kandungan pertumbuhan tungkai paling cepat terjadi saat usia 4 bulan. Saat lahir, anak memiliki panjang tungkai 20% dari total panjang tungkai saat ia dewasa.

2.
Birth to 5 years:
Pertambahan panjang tungkai pada usia satu tahun sekitar 10 cm, pada usia 2 tahun sekitar 5 cm, pada usia tiga tahun sekitar 4 cm, pada usia empat tahun sekitar 4 cm, dan pada usia lima tahun sekitar 4 cm.

3.
Five years to puberty:
Mulai usia 5 tahun hingga pubertas, kecepatan pertumbuhannya mulai stabil. Kecepatan pertumbuhan distal femur + proximal tibia 2 cm/tahun sampai usia pubertas.

 4. Puberty:

Pubertas dimulai saat usia 13 tahun pada laki-laki, dan 11 tahun pada perempuan.

Pada
laki-laki mulai usia 13 tahun hingga 15 tahun pertumbuhan tungkai mencapai 8 cm. Setelah usia 15 tahun hingga usia 18 tahun pertumbuhan tungkai hanya 1,5 cm.

Pada
perempuan mulai usia 11 tahun hingga 13 tahun pertumbuhan tungkai mencapai 7 cm.  Setelah usia 13 tahun hingga usia 18 tahun pertumbuhan tungkai hanya 1,5 cm.

 

Seberapa cepat tungkai bawah bisa bertambah panjang?
Dan
Sampai seberapa panjang tungkai bawah masih bisa bertambah?


Dokter Dimeglio menghitung bahwa pertumbuhan tulang pada lutut (distal femur dan proximal tibia) adalah 2 cm/tahun, yaitu 1,1 cm dari distal femur dan 0.9 cm dari proximal tibia.

Sedangkan waktu yang tersisa untuk pertumbuhan sejak pubertas adalah 2,5 tahun lagi. Sehingga pertumbuhan tulang lutut mulai dari pubertas hingga akhir pertumbuhan tulang (15 tahun pada laki-laki dan 13 tahun pada perempuan) yaitu 5 cm


Kapan waktu yang tepat melakukan epiphysiodesis?

Menurut jurnal tersebut, terdapat beberapa skenario rencana yang dapat dilakukan pada kasus lower limb discrepancy:

- 5 cm: epiphysiodesis pada distal femur dan proximal tibia pada
awal pubertas.

- 4 cm:
epifisiodesis pada distal femur dan proximal tibia 6 bulan setelah mulai pubertas.

- 3 cm:
epifisiodesis pada femur saja setelah mulai pubertas
- 2 cm:
epifisiodesis pada femur saja setelah 1 tahun sejak awal pubertas

 

Terima kasih dan semoga bermanfaat

Rabu, 02 Maret 2022

Reflek Patologis Hoffman Saya Positif, Apakah Berbahaya?

ilustrasi aliran saraf untuk menimbulkan reflek



Apakah anda pernah memeriksa gerakan reflek anda sendiri atau pernah diperiksa oleh dokter? Kemudian anda menemukan bahwa gerakan reflek anda meningkat, contohnya seperti reflek patella pada lutut, atau reflek sendi ankle atau pergelangan kaki. Atau anda merasakan adanya suatu gerakan reflek yang berlebihan pada sendi tersebut. 

Apakah anda juga pernah diperiksa gerakan reflek patologisnya oleh dokter dan ternyata hasilnya positif? seperti reflek Hoffman-Tromner yang positif?

Jangan panik, kenali dulu tentang reflek fisiologis dan reflek patologis yang anda alami. 

Reflek fisiologis yang berlebihan atau meningkat merupakan pertanda adanya gangguan aliran saraf atau impulse dari sistem saraf pusat ke otot. Reflek fisiologis dapat diperiksa dengan jelas pada beberapa tempat seperti tendon patella atau biasa disebut dengan reflek lutut, tendon achilles atau biasa disebut reflek ankle, tendon bicep, dan tendon tricep.

Banyak sekali kelainan pada sistem saraf yang dapat diidentifikasi melalui reflek fisiologis tersebut. Umumnya jika reflek fisiologis menurun maka terdapat gangguan aliran saraf terutama mulai dari tulang belakang setinggi / selevel otot tersebut sampai ke ototnya. Hal tersebut dapat terjadi karena aliran saraf yang terganggu telah melewati struktur medulla spinalis dimana aliran saraf disana juga terganggu sehingga reflek akan menurun. Kondisi ini disertai dengan lemahnya tonus otot dan kelumpuhan yang bersifat flaccid atau "keple".

Sedangkan reflek fisiologis yang meningkat dapat disebabkan oleh adanya gangguan aliran saraf dari otak atau tulang belakang diatas level otot yang diperiksa. Hal ini terjadi karena aliran saraf yang terganggu belum melewati struktur medulla spinalis dimana aliran saraf "penghambat" yang berasal dari otak tidak ada tetapi aliran saraf dari tulang belakang setinggi lesi masih aktif sehingga reflek yang dihasilkan meningkat karena tidak ada hambatan dari saraf pusat. Kondisi ini disertai dengan meningkatnya tonus otot dan kelumpuhan yang bersifat spastik atau kaku.

 

ilustrasi gambar tangan

 

Begitu pula dengan reflek patologis, dapat dinilai dari beberapa tempat seperti Hoffman-Tromner pada ujung jari tengah tangan, Chaddock pada sisi luar mata kaki, Babinski pada telapak kaki, Oppenheim pada tulang kering kaki,  dan Gordon pada betis. Reflek ini jika positif maka terjadi kelainan pada sistem saraf. Saraf yang terganggu terutama pada level yang lebih tinggi dari lesi, mulai dari otak sampai tulang belakang. 

Terkadang reflek fisiologis dapat meningkat pada orang normal atau tanpa lesi saraf, dan reflek patologis dapat positif pada orang normal tanpa lesi saraf. Contohnya seperti reflek Hoffman-Tromner pada ujung jari tengah menunjukkan positif bila adanya fleksi dari jari-jari yang lain di tangan yang sama. Namun, Hoffman-Tromner juga dapat muncul pada orang normal dimana tubuh bereaksi sama namun tidak ditemukan kondisi yang menjadi penyebab reflek ini muncul. 

Hasil pemeriksaan reflek Hoffman-Tromner yang positif tidak selalu menjadi perhatian anda karena dapat terjadi pada kondisi normal. Tetapi dokter tetap akan menyarankan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya gangguan pada aliran saraf dan penyebabnya. Untuk itu, tetap berkonsultasi dan rutin untuk kontrol kepada dokter anda jika memiliki kelainan tersebut. Apapun hasilnya, dokter akan selalu siap membantu anda menentukan langkah selanjutnya.


Tambahan bacaan:



Selasa, 01 Februari 2022

5 Tips untuk Tetap Sehat Bugar Selama Pandemi COVID-19 dengan Olahraga tanpa Keluar dari Rumah.

 

Mungkin banyak yang bertanya bagaimana kita melakukan olahraga? Padahal kita tidak boleh keluar rumah selama pandemi 

Tidak perlu khawatir, kali ini kami akan memberikan tips untuk tetap menjaga tubuh tetap sehat dan bugar dengan berolahraga tanpa harus keluar dari rumah.

Aktifitas fisik seperti olahraga sangat memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, mental dan pikiran. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah, menjaga berat badan, dan menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes yang merupakan penyakit komorbid COVID-19. Olahraga juga dapat menurunkan depresi dan kecemasan. Mental dan fisik yang sehat akan meningkatkan sistem imunitas, sehingga akan menjaga tubuh dari infeksi COVID-19. World Health Organization (WHO) merekomendasikan aktifitas fisik seperti berolahraga untuk orang dewasa di atas 18 tahun paling sedikit 150 menit dalam satu minggu dan pada anak-anak usia 5-17 tahun paling sedikit 60 menit dalam satu hari.

Pandemi COVID-19 yang melanda negara ini mengharuskan pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM untuk mengurangi mobilitas. Fasilitas umum seperti gelanggang olahraga dan sanggar olahraga juga ditutup. Kondisi ini membuat banyak masyarakat sulit untuk berolahraga seperti biasa karena berisiko menimbulkan kerumunan dan meningkatkan penyebaran virus Corona. Padahal dalam kondisi pandemi seperti ini, perlu untuk tetap aktif berolahraga dan menjaga kesehatan. Namun, tidak perlu khawatir karena ada beberapa tips agar tetap dapat berolahraga tanpa keluar dari rumah.

 

1.   Kelas olahraga online

ilustrasi kelas olahraga online

Kecanggihan teknologi dewasa ini bisa menjadi salah satu solusi. Ada beberapa layanan kelas olahraga secara online yang dapat dijadikan rujukan untuk tetap beraktivitas olahraga ditengah pandemi COVID-19 ini. Beberapa kelas online dapat dinikmati di kanal Youtube diantaranya MadFit, Peloton, Forte Fit, 305 Fitness, dan The Daily Burn. Kelas olaharaga online dari Indonesia pun tersedia seperti Celebrity Fitness, Fitness First, dan Gold’s Gym.

 

2.   Aplikasi olahraga

ilustrasi aplikasi android untuk berolahraga

Selain kanal Youtube terdapat juga aplikasi android yang dapat digunakan untuk berolahraga di rumah. Keunggulan menggunakan aplikasi ini diantaranya dapat mengatur sendiri jenis gerakan olahraga, bagian tubuh yang akan dilatih, dan waktu yang disesuaikan dengan keinginan. Aplikasi android yang dapat digunakan diantaranya Daily Workouts, You Are Your Own Gym by Mark Lauren, Fitify, Home Workouts Personal Trainer, dan BodBot Personal Trainer.

 

3.   Menari

ilustrasi menari sebagai sarana untuk berolahraga di rumah

Menari menjadi salah satu alternatif untuk tetap beraktivitas selama di rumah selain olahraga yang biasa dilakukan. Intensitas aktivitas fisik yang dilakukan selama menari dapat melatih stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan yang penting tetap menyenangkan. Agar lebih bersemangat, hasil tarian dapat direkam dan diunggah dalam platform seperti Youtube, Tiktok, atau Instagram sambil mengajak teman-teman untuk menari bersama secara online.

 

4.   Yoga

ilustrasi yoga di rumah

Yoga dapat menyatukan keseimbangan, olah tubuh, peregangan, dan pernafasan. Selain aktivitas fisik, yoga menerapkan teknik meditasi untuk mencapai keselarasan dan harmoni antara emosi, jiwa, fisik, dan spiritual. Aktivitas yoga juga telah banyak membantu masyarakat penyintas COVID-19 dalam pemulihan.

 

5.   Menggunakan alat olahraga di rumah

ilustrasi menggunakan alat rubber band untuk olahraga di rumah

Untuk meningkatkan semangat dan intensitas dalam berolahraga, Beberapa alat olahraga dapat disewa atau dibeli untuk digunakan di rumah. Mulai dari alat olahraga sederhana seperti lompat tali, elastic rubber band, dumbbell, hingga sepeda statis atau treadmill dapat digunakan di rumah. Namun, sebaiknya tetap memilih alat olahraga yang sesuai dengan luas ruangan dan kebutuhan.

Demikian beberapa tips yang dapat digunakan untuk tetap aktif berolahraga selama masa pandemi COVID-19 agar tetap sehat dan tetap menjaga protokol kesehatan, semoga bermanfaat.

 

Referensi:

1.     WHO. 2020. #HealthyAtHome – Physical Activity. https://www.who.int/news-room/campaigns/connecting-the-world-to-combat-coronavirus/healthyathome/healthyathome---physical-activity

Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome atau biasa disebut dengan jepitan pada saraf di pergelangan tangan. Merupakan suatu jepitan pada saraf medianus yang ...